RSS

Ingin Berselancar di Akhir Pekan? Datang Saja ke Batu Karas

Jejak Setapak Ciamis - Tidak punya waktu untuk berselancar di Bali? Datang saja ke Batu Karas, Ciamis, Jawa Barat. Ada banyak tempat yang menantang dan juga tempat untuk pemula bagi para peselancar di sana. Pantainya juga cantik!

Satu lagi wisata pantai selatan di Jawa Barat, yaitu Pantai Batu Karas. Tempat ini terkenal karena gelombang ombaknya yang tinggi. Anda dapat berselancar, bermain banana boat atau jetski di tempat ini. Cocok untuk akhir pekan Anda.

Dari situs resmi pariwisata Indonesia yang dikunjungi detikTravel, Sabtu (6/10/2012), Batu Karas terletak sekitar 40 kilometer atau satu jam perjalanan dari Pangandaran. Pantai berpasir hitam yang cantik ini merupakan tempat liburan yang sempurna untuk warga ibukota dan sekitarnya.

Pantai Batu Karas menyajikan aneka olahraga air. Anda bisa bermain banana boat, jetski, dan berselancar. Kegiatan wajib di pantai ini adalah berselancar. Ada tiga tempat berselancar di sini yang para peselancar yaitu Karang, Legok Pari, dan Bulak Bendak. Untuk para peselancar profesional, Bulak Bendak adalah tempatnya. Sebabnya, ombak di sana dapat membentuk dinding panjang dan tinggi. Wow!

Satu hal penting yang harus diingat, arus di Batu Karas sangat kuat dan kencang. Bagi Anda yang tidak mahir berenang, disarankan untuk tidak terlalu main ke tengah laut. Jangan sampai lupa, untuk tetap memakai pelampung jika bermain di air. Selain itu, dengarkan juga perintah dan larangan dari penjaga pantai.
Puas bermain, tak jauh dari pinggir pantai ada banyak rumah makan. Anda dapat mengisi perut dengan berbagai macam aneka menu seafood. Harganya pun berkisar, mulai dari puluhan, hingga ratusan ribu rupiah.

Anda juga dapat menginap di beberapa penginapan di sekitar pantai. Penginapan dan resort di sekitar Batu Karas memiliki kualitas yang bagus. Fasilitas di pinggir pantai juga lengkap, mulai dari kamar bilas, penyediaan tempat parkir, hingga toko souvenir.

Saat pagi hari, ada pesona lain dari Batu Karas. Pemandangan sunrise di pantai ini sangat indah! Langit seakan diterangi cahaya terang dari ufuk timur. Yang tadinya berwarna hitam, pelan-pelan berubah jadi ungu. Lalu berubah menjadi jingga tua sebelum kemudian menguning dan mentari hadir sempurna di ujung timur Pantai Batu Karas.

Ayo berkunjung ke Batu Karas akhir pekan ini. Nikmati berselancar sambil menantang ombak di sana dan kagumi keindahan sunrisenya! Sumber: detik.com
»»  READMORE...
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Cuma di Flores! Crop Circle Ala Indonesia

Manggarai - Crop Circle adalah pola misterius di sawah dan ladang yang diduga jejak UFO, padahal bisa dibuat oleh manusia. Di Flores, kunjungilah sawah jaring laba-laba Desa Cancar. Ini dia Crop Circle tradisional Indonesia.  Di Desa Cancar, Kabupaten Manggarai, NTT, ada pemandangan persawahan yang harus dilihat wisatawan. Kalau Ubud di Bali terkenal dengan teras-teras sawah bertingkat, maka di Cancar sawahnya membentuk pola jaring laba-laba. Keren!  Dilihat dari kejauhan, tentu ini tampak seperti Crop Circle bertema jaring laba-laba. Namun rupanya ini bukan Crop Circle. Garis-garis yang membentuk pola jaring laba-laba tidak lain merupakan pematang sawah.  Dari situs resmi pariwisata Indonesia, Kamis (5/10/2012) disebutkan kalau sawah di Desa Cancar digarap dengan sistem Lingko. Ini adalah sistem komunal dalam menggarap sawah, di mana sawah diolah dengan filosofi sebuah rumah induk Mbaru Niang.  Dalam rumah adat Manggarai, bagian tengah adalah bagian terpenting tempat menaruh tiang utama. Lantas, tiang-tiang lain dipasang berkeliling. Begitu juga pola perkampungan yang rumah-rumahnya diposisikan membentuk alur melingkar mengelilingi batu altar bernama Compang.  Saat mereka mengelola Lingko, akhirnya sawah pun dibentuk dengan alur melingkar semakin jauh ke arah luar. Garis-garis pematang sawah ke segala penjuru arah, berpadu dengan jalur konsentris melingkar ke arah luar. Akibatnya, terbentuklah pola Crop Circle tradisional yang mirip dengan jaring laba-laba.  Cancar paling dekat dijangkau dengan wisatawan dari daerah Ruteng. Jika ingin melihat sawah berbentuk jaring laba-laba, mintalah bantuan pemandu wisatawa atau warga lokal untuk membawa Anda ke Golo Cara, daerah di tempat agak tinggi seperti perbukitan dan bisa melihat sawah unik ini.  Cancar masih belum berkembang menjadi tempat kunjungan wisata utama. Namun, siapapun dijamin terpana dengan sawah Lingko berbentuk jaring laba-laba. Inilah Crop Circle asli dari Indonesia!. sumber: detik.com
»»  READMORE...
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Pendakian 2001 & 2005







»»  READMORE...
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Pendakian Tahun 2011

 






















»»  READMORE...
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Saat indah bersama di ketinggian 3.073Mdpl

Apa yang aku rasakan diatas ketinggian 3.073Mdpl memang sangat menajubkan, terakhir aku mendaki pada tahun kemaren tepatnya pada tahun 2011. kami berangkat rombongan dari kabupaten indramayu menuju gunung ciremai kabupaten kuningan. sungguh perjalanan yang membuat hati saya senang karena dalam beberapa tahun ini tidak bisa merasakan sejuknya alam yang indah itu. hiruk pikuk kota seakan membuatku bosan dengan apa yang saya lakukan. beruntung ada teman yang mengajak mendaki, dalam perjalanan kami sangat antusias ingin menaklukan gunung tertinggi di jawa barat tersebut. singkat verita kami pun sampai diatas puncak gunung ciremai pada pukul 11 siang. ini waktu yang lumayan siang untuk menuju puncak karena pada saat menuju puncak cuacanya sangat terik jadi seharusnya jam 7-8 sudah berada di puncak itu lumayan waktu yang pas.
»»  READMORE...
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Hujan Mengguyur Bumiku yang Gersang

Memasuki pertengahan bulan juli hujan pun turun membasahi bumi pertiwi, walapun tidak semu wilayah nusantara hujan tapi setidaknya hujan tau bahwa bumi ini sudah sangat panas. Terimakasih tuhan kau memberikan nikmat hujan, jangan sampai hujan ini menjadi bencana bagi umat mu. Hujan begitu deras seakan mengingatkanku akan gremicik tetesan air hujan di rimba kuningan-jawabarat.

»»  READMORE...
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Ingin ku menedaki

sudah beberapa tahun ini saya jarang mendaki, jangankan untuk mendaki base camp aja tidak pernah. pendakian terakhirku pada bulan september tahun lalu di gunung ciremai-kuningan jawa barat. senang rasanya bisa mendaki lagi tapi fisiku tak seperti waktu dulu, apa karena jarang mendaki apa karena emang saya yang kurang olahraga. kepengen mendaki gunung krinci, gunung semeru, slamet, rinjani dan masih banyak lagi kenginanku mendaki keindahan gunung di indonesia. pada bulan september tanggal 1 saya diajak medaki sama paman, dia mengajak ke gunung Gede, tapi dengan kesibukan ku yang begitu pada kayanya ga bisa mengikuti pendakian itu. mudah-mudahan di lain waktu saya bisa mendaki gunung-gunung di indonesia.
»»  READMORE...
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Hari Air Dunia diperingati serempak Pada Tanggal 22

Jakarta (ANTARA News) - Peringatan Hari Air Dunia yang kali ke-20 pada 22 Maret 2012 digelar serempak di beberapa titik di dunia dan Indonesia, tidak terkecuali Ibukota Jakarta.

Puluhan orang berkumpul di Bunderan Hotel Indonesia (HI) sejak pukul 10 WIB dan menyuarakan pentingnya masyarakat untuk kembali mengingat pentingnya ketersediaan air bersih demi ketahanan pangan.

Menurut divisi humas Ditjen SDA Kementerian PU, selain aksi simpatik di Bunderan HI, peringatan Hari Air Dunia 2012 juga mengambil tempat di PPM Menteng di mana Unesco menggelar diskusi terkait tema peran air dalam kehidupan manusia.

Di belahan lain di dunia, peringatan Hari Air Dunia pun dilaksanakan markas Organisasi Pangan Dunia atau FAO di Roma, Italia.

Sebagai badan PBB yang memimpin serangkaian peringatan Hari Air Dunia 2012, FAO menggelar berbagai acara dan diskusi untuk memperingati dan menarik perhatian publik terhadap peran utama air menyediakan pangan bagi penghuni Bumi.

Jadwal resmi dari FAO menyebutkan bahwa Direktur Jendral FAO José Graziano da Silva, Direktur Jendral Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) Michel Jarraud, dan kepala UN-Water Kanayo F. Nwanze akan hadir dalam peringatan puncak di Italia tersebut.


SUMBER : antaranews.com
»»  READMORE...
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Jalur pendakian Gunung Lawu

Pendakian pada gunung Lawu 3165 mDpl dapat melalui 3 jalur. Jalur selatan yaitu melalui Cemoro Sewu, Jalur Barat melalui Cemoro Kandang, dan Jalur yang terakhir adalah jalur yang jarang sekali di lalui oleh orang pada umumnya hanya warga Ngawi pada kususnya. Yaitu jalur Srambang
Kita kupas satu persatu jalur ini. Yang pertama bagi anda yang berangkat dari Jawa timur, tentu saja perjalanan kendaraan di awali dengan manaiki bus dari terminal Maospati hingga terminal Magetan. waktu tempuh sekitar 30 menit. Jalan jalan menyusuri sesawahan padi. Hingga sedikit masuk ke kota Magetan hawa sudah beranjak sejuk. Di kota ini produk andalan nya adalah kerajinan kulit, dan tentunya ada banyak sekali barang yang bisa kita buru pada pasar sentra industri lokal. Ada tas, sabuk, sepatu dan pernak pernik lainya seputar kulit. Dari terminal magetan kita musti oper terlebih dahulu dengan naik mobil L300, menuju Ngerong (Pusat penjualan sayur mayur), melalui telaga Sarangan (telaga paling keren di seputran Ma Pan Ma Wi Rogo). dan berakhir di Cemoro sewu, yang merupakan pos pemberangkatan dari sisi selatan. Nah sekarang kita membahas medan cemoro sewu hingga puncak. Awal pendakian jalan masih lebar dan agak datar, setelah memasuki pos 1 barulah tanjakan demi tanjakan menantang di depan kita. Jalanpun juga semakin menyempit. Pepohonan di sekitar pos 1 hingga pos 3 masih sama yaitu pinus dengan di selingi pohon perdu. Namun sayang sekali pada kanan kiri jalan, dari Cemoro sewu hingga pos 1 telah di babat menjadi ladangpenanaman kobis dan wortel. Sedangkan pepohonannya rata rata telah banyak yang mati. Pada pos 1 hingga pos 2 bau menyengat keluar dari bebatuan yang mengandung belerang, adapun tempatnya masuk ke dalam hutan manjauhi jalan. Tanjakan semakin ngetrek saat meninggalkan pos 2 hingga pos 4. barulah setelah pos 4 tumbuhan perdu yang ada pada ketinggian 2600 mdpl memenuhi lembah dan ngarai. Daerah di sekitar pos lima sering di sebut dengan Cokro Suryo, Cokro Srengenge, yaitu hamparan rumput yang luas seperti alun alun. Masuk pada jalan berikutnya sudah tidak terlalu ngetrek kita memasuki daerah sumur Jolotundo, yaitu sebuah sumur berupa gua vertikal dan terdapat sumber air yang kecil di dalam nya. Konon ada cerita jika kita masuk dan mengadahkan mulut menghadap ke atas, dan secara kebetulan tenggorokkan kita ter tetesi oleh air yang menetes dari langit langit gua, maka kita akan di beri limpahan sejeki oleh yang maha kuasa. Selang beberapa puluh meter dari sumur Jolotundo kita akan sampai pada sebuah sendang, dengan nama sendang Derajat. Air terang saja melimpah di sendang yang ini, bahkan di samping sendang di bangunkan beberapa toilet umum. Dan juga banyak sekali pedagang nasi pecel musiman yang sengaja berdagang keperluan makan saat musim pendakian seperti bulan Suro kali ini. Berikutnya kita melingkari bawah puncak gunung untuk sampai pada Hargo Dalem, sebuah petilasan Prabu Brawijaya ke V, dan sebuah makam sunan Lawu. Di wilayah Hargo Dalem biasanya sangat ramai sekali, mengingat di daerah ini banyak sekali rumah rumahan yang di buat para pedagang musiman, dan memang di bikinkan rerumahan namanya Kandang Jaran atau Gedogan untuk para peziarah di petilasan Prabu Brawijaya ke V, dan sebuah makam sunan Lawu. Nah pada pagi harinya barulah kita akan melanjutkan perjalanan untuk mencapai puncak Gunung Lawu , Hargo Dumilah dengan ketinggian 3165 meter di atas permukaan laut. Di puncaknya di bangun tugu trianggulasi, dan banyak sekali sesembahan berupa dupa, kembang dan beberapa makanan, ntah untuk siapa. Dari puncak ini kita bisa melihat ke arah timur yaitu gunung Wilis, dan jika saja cuaca lagi bagus bagusnya kita bisamenyaksikan ke agungan gunung Semeru, Gunung Arjuno. Jika melihat ke arah barat bisa di lihat gunung Merapi dan gunung Merbabu.
Jalur Cemoro kandang. Dan bagi anda yang ingin mendaki dari Jawa Tengah dan Jogja. Bisa menaiki bus dari terminal Solo, melewati Palur dan Karanganyar, dan bus berakhir di Tawangmangu (terkenal dengan gerojokan sewu nya) Dari Tawangmangu berganti kendaraan pickup bertutup, atau naik L300, untuk menuju ke Cemoro Kandang. Dalam perjalan mata kita selaui manatap hamparan sesawahan kobis, wortel dan kentang, dipinggir pinggir jalanya pun ada beberapa warga yang mencuci hasil panen di saluran air pinggir jalan. Sesampainya di Cemoro kandang biasanya kita terlebih dahulu beristirahat sejenak, minum kopi ataupun hanya sekedar mengobrol saja. Karena di Cemoro Kandang terdapat lebih banya warung dari pada di Cemoro Sewu. Sepanjang jalur dari Cemoro Kandang menuju puncak jalur tidak ngetrek, namun cenderung melingkar dan menyusuri lereng bukit (kalo cmr sw melalui punggung bukit) hingga pos 2 bau dari belerang sangat menyengat, tumbuhan dari pos 1 hingga pos 4 adalah tanaman lamtoro gunung, pinus dan pakis, di selingi tanaman perdu gunung. Hingga memasuki Jurang Pangariparip jalan selalu menyusuri lereng, namun jika anada tak ingin berjalan melingkar anda bisa langsung melewati jalan sidatan, ngetrek dan kalo turun hujan jalur ini akan di lewati air bah pegunungan. Ssampai pada pos 4 nanti tumbuhan sudahmulai jarang, dan di gantikan rerumputan gunung, Cokrosrengenge lebih luas melalui jalur ini, hamparan rumput menghampar hingga nanti bertemu dengan jalur dari Cemoro Sewu, di daerah HargoDalem, Anda akan memasuki daerah pasar Dieng, yaitu hamparan padang edelweis di selinggi bebatuan yang tertata rapi, menurut mitos pasar Dieng adalah pasarnya Setan. Jika melihat ke arah utara yaitu Sisi Pasar Dieng mata kita pasti akan tertuju pada sebuah bukit yang memiliki menara BTS, yaitu bukit Hargo Kahyangan. Melaui sisi sebelah timur bukit HargoKahyangan inilah kita bisa melewati jalur pendakian dari sisi Utara (Ngawi).

»»  READMORE...
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

MENDAKI GUNUNG BURANGRANG "Sisa Gunung Sunda Purba

MENDAKI GUNUNG BURANGRANG "Sisa Gunung Sunda Purba" Rimbunnya hutan hujan tropis, sungai, danau, tebing dan medan pendakian yang terjal merupakan satu kesatuan dari tantangan alam Gunung Burangrang. Segala pesona keindahannya tidak lepas dari bagian jejeran pegunungan yang terbentuk akibat letusan Gunung Sunda Purba. Tidak salah jika mereka yang gemar bertualang menjadikan Gunung Burangrang sebagai salah satu agenda petualangannya Cimahi – Waktu saat itu telah menunjukkan pukul sembilan pagi. Kesibukan para pedagang dan pembeli di pasar Cimahi lebih ramai dari biasanya. Mungkin karena hari itu bertepatan dengan jatuhnya hari libur nasional. Atau mungkin juga bertepatan dengan hari terakhir dari rangkaian libur selama tiga hari yaitu 17-19 Maret 2007. Biasanya banyak orang yang memanfaatkan rangkaian libur panjang seperti itu untuk melakukan berbagai kegiatan yang jauh dari keramaian kota. Masih dalam rangkaian aktifitas pendakian ”3 Hari Menggapai 3 Puncak Gunung di Jawa Barat”, Kami bertiga memanfaatkan hari libur panjang pada pertengahan bulan Maret tersebut untuk mendaki tiga puncak gunung di Jawa Barat. Gunung-gunung tersebut yaitu Gunung Papandayan, Gunung Guntur dan Gunung Burangrang. Gunung Burangrang kami pilih menjadi penutup dari tiga hari pendakian tiga puncak gunung di Jawa Barat. Salah satu alasannya karena jalur pendakian yang kami pilih untuk mencapai puncaknya dan kembali turun lagi membutuhkan waktu yang relatif singkat yaitu sekitar 4-5 jam. Sebagai titik awal pendakian atau entry point kami pilih Jalur Komando, Cimahi. Sedangkan untuk titik akhir pendakian atau exit point kami memilih Jalur Legok Haji atau Cisurupan, Cimahi. Pasar Cimahi menjadi awal dari perjalanan kami menuju Desa Kertawangi, Kecamatan Cisarua. Karena tidak ada rencana untuk bermalam di Gunung Burangrang, perbekalan yang kami siapkan sebagian besar merupakan makanan matang atau langsung dapat disantap dan semuanya dapat diperoleh di pasar tersebut. Tidak sampai setengah jam perjalanan dengan menggunakan angkutan kota dari Pasar Cimahi, akhirnya kami sampai di sebuah tempat yang bertuliskan Komando. Walaupun wilayah tersebut merupakan bagian dari Desa Kertawangi namun Komando menjadi nama yang hingga kini lebih dikenal oleh para penggiat alam bebas. Nama Komando sendiri diambil karena kawasan tersebut memang merupakan tempat latihan militer para Kopasus. Bukan Monopoli Pendaki Sebuah papan petunjuk bertuliskan ”Selamat Datang di Daerah Latihan Tahap Gunung Hutan Komando Situ Lembang” langsung menyambut kami selepas berjalan melintasi pintu masuk kawasan. Tepat sekitar pukul sepuluh pagi pendakian menuju titik puncak Gunung Burangrang kami mulai. Melewati sebuah warung yang lebih dikenal dengan warung Bandrek, kami melintasi perkebunan sayur dan hutan pinus. Suara kicauan burung dan kesibukan para petani sayuran menjadi harmoni keindahan yang mengiringi awal perjalanan kami. Kemudian pemandangan hutan pinus lebih mendominasi perjalanan kami. Jalurnya yang landai dan sedikit menanjak merupakan awal yang baik untuk mengawali sebuah pendakian. Secara perlahan aneka jenis tumbuhan khas hutan hujan tropis memberi keteduhan kepada kami. Setengah jam pertama perjalanan dari Warung Bandrek, kami sampai di dataran yang bisa disebut sebagai pos pertama. Sebuah pemandangan menarik sudah dapat kami nikmati dari sini. Tampak di kejauhan Situ (danau) Lembang terlihat jernih bercahayakan sinar mentari. Jernihnya danau tersebut dan hijaunnya hutan yang mengelilinginya menjadikan area tersebut begitu menawan. Berbagai sarana penunjang dan daya tarik alam Gunung Burangrang bukan hanya menjadi monopoli para penggiat alam bebas saja. Berbagai himpunan kegiatan mahasiswa, kegiatan Outbound, komunitas para penggila mobil 4WD, dan motor, adalah termasuk kelompok yang memanfaatkan kawasan dasar kaldera yang masuk jajaran hasil letusan Gunung Sunda Purba ini. Termasuk para pengunjung yang ingin sekedar menikmati alamnya saja sambil berkemah atau memancing, Sulit bagi saya rasanya untuk membayangkan seberapa besar dan tinggi Gunung Sunda Purba dahulu sebelum meletus. Dari literatur yang pernah saya baca, Gunung Burangrang merupakan satu bagian dari jejeran pegunungan yang berjejer dari utara cekungan Bandung barat hingga ke timur yang terbentuk dari hasil letusan Gunung Sunda Purba di masa lampau yang kini menjadi Kaldera Sunda. Bagian lain dari Kaldera Sunda tersebut diantaranya Gunung Tangkuban Perahu, Gunung Bukit Tunggul dan lembah-lembah di utara sesar Lembang. Yang sempat terlintas di pikiran saya, Gunung Sunda Purba tersebut juga merupakan gunung api raksasa. Tantangan Menuju Puncak Selepas camp pertama, jalur yang kami tempuh perlahan mulai menanjak. Jalan setapak di punggungan gunung yang kami tempuh semakin lama semakin terjal. Beberapa batuan yang menempel kuat di tanah dan batang serta ranting pohon merupakan benda-benda yang dapat membantu kami untuk naik ke atas. Jalur menanjak dan terjal diselingi beberapa jalur yang landai menjadi bagian dari perjalanan menuju puncak Gunung Burangrang. Kira-kira 20 menit perjalanan selepas camp pertama, kami beritirahat sejenak di tanah datar yang tidak terlalu luas. Namun pemandangan yang disuguhkan sungguh menawan kami. Nampak di sisi kanan hamparan lembah yang menghijau oleh rimbunnya hutan. Keindahan tersebut semakin lengkap dengan adanya sebuah danau – Situ Lembang – yang terletak di tengah-tengah lembah. Trek pendakian menuju puncak bayangan yang lebih terbuka membuat kami dapat dengan leluasa menikmati suasana sekelilingya. Bahkan ketika kami melewati jalur yang di sisi kanannya berupa tebing berbatu cadas, hamparan lembah yang menghijau dengan Situ Lembangnya yang berada jauh di bawahnya benar-benar menyuguhkan pemandangan yang menawan. Sedangkan di sisi lainnya hamparan sawah, perkebunan penduduk serta area di sekitarnya yang nampak terlihat jelas. Sampai akhirya kami menemukan sebuah plakat semacam batu nisan untuk mengenang seorang teman dan sahabat penggiat alam bebas yang telah meninggal di kawasan ini. Plakat tersebut juga merupakan tanda bahwa kami telah sampai di puncak bayangan. Dari puncak bayangan ini kami dapat melihat sekelilingnya dengan jelas seperti lembah, Situ Lembang dan jejerang pegunungan lainnya. Tidak sampai lima menit, dengan jalur sedikit landai kemudian menanjak, kami menginjakkan kaki di puncak gunung ini. Sebuah trianggulasi (bangunan penunjuk ketinggian daratan) berukuran tinggi 1,5 meter menjadi tanda tuntasnya kami menggapai puncak Gunung Burangrang. Waktu yang masih menunjukkan pukul satu siang dan cuaca yang cerah membuat pemandangan dari puncak gunung yang mempunyai ketinggian 2.048 mdpl ini sangat indah. Nampak jajaran bukit dan pegunungan yang menjadi bagian dari jajaran hasil letusan Gunung Sunda Purba. Keelokan sebuah gunung yang telah menjadi bagian dari legenda Sangkuriang, Gunung Tangkuban Perahu tidak jauh dari gunung Burangrang, turut membawa kami ke dalam khayalan cerita legenda tersebut. Hamparan kebun, sawah, desa, serta kota-kota disekitar Cisarua, Situ Lembang dan lembah yang menghijau menyatu menjadi sebuah lukisan alam yang sempurna. Ditengah pesona keindahan alam tersebut kami menyantap perbekalan makanan yang telah kami bawa. Ini merupakan makan siang yang sangat nikmat kami rasakan. Dan tidak terasa hampir satu jam kami berada di puncak. Waktunya bagi kami untuk segera turun meninggalkan puncak Gunung Burangrang. Untuk turun dari puncak Gunung Burangrang kami memilih jalur yang berbeda dengan jalur naik. Desa Legok Haji atau Desa Cisurupan, Kecamatan Cisarua, menjadi jalur pilihan kami untuk turun. Dari puncak Gunung Burangrang, kami langsung memilih jalur yang berlawanan ketika tiba. Jalur yang menuju Desa Cisurupan akhirnya menjadi pilihan kami. Setelah menapaki jalan setapak diantara tanaman jenis semak dan ilalang kami memasuki kawasan yang sedikit ditumbuhi hutan Pinus. Perkebunan sayur dan perkampungan penduduk di Desa Cisurupan sudah nampak jelas di hadapan kami. Lima belas menit kemudian kami pun memasuki desa yang asri tersebut. Sebuah desa di kaki Gunung Burangrang yang menjadi penghasil aneka jenis bunga dan sayuran, akhirnya menjadi penutup perjalanan 3 hari kami untuk menggapai 3 puncak gunung di Jawa Barat. Bentangan alamnya yang memukau dan keindahan yang menggoda serta waktu yang relatif singkat untuk mencapai puncaknya (±3 jam), menjadikan Gunung Burangrang hingga kini tetap layak untuk dijelajahi. Akankah anda menunggu lagi?. 


SUMBER : MOUNTAIN CLIMBING FOR EVERYBODY
Penulis: Harley B. Sastha April 2007
(Artikel telah dimuat di Majalah Travel Club, Edisi Bulan Agustus 2008)

»»  READMORE...
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

JALUR PENDAKIAN GUNUNG RINJANI

Gunung Rinjani merupakan salah satu gunung favorit di Indonesia yang sudah terkenal ke mancanegara, dengan keindahannya banyak menarik wisatawan dan pendaki untuk menjejakan kakinya di puncak rinjani. Gunung dengan ketinggian 3.762 m.dpl ini terletak di utara Lombok, Nusa Tenggara Barat. Gunung rinjani merupakan gunung tertinggi ketiga setelah Jayawijaya di Papua dan Kerinci di Sumatera. Keberadaan danau kawah akan menjadi cerita indah tersendiri, danau Segara Anak dengan airnya yang berwarna hijau kebiruan, sayang agak asam karena bercampurnya air tawar dan air belerang, yang dipercaya bisa menyembuhkan berbagai penyakit. Bagi Suku Sasak danau segara anak merupakan tempat yang Sakral dan Suci.danau ini juga digunakan sebagai tempat Ziarah dan Peribadatan Umat Hindu dan Islam Wettu Telu. Di tepian danau terdapat gunung baru, yang di bernama Gunung Barujari (2.376 m.dpl). Jalur Pendakian Mataram merupakan kota persinggahan terakhir untuk menuju Gunung Rinjani, untuk menuju kota mataram dapat ditempuh dengan menggunakan bus atau pesawat terbang. Dari mataram kita bisa langsung menggunakan kendaraan umum atau mencarter kendaraan untuk menuju desa terakhir menuju gunung rinjani. Jalur Senaru Jalur Senaru (600 m.dpl) merupakan jalur yang disukai untuk pendakian karena selain jaraknya lebih pendek dan lebih teduh karena kita memasuki hutan tropika yang cukup rimbun, akan tetapi jalurnya cukup menanjak. Untuk menuju desa senaru, dari mataram kita bisa menggunakan kendaraan umum dengan lama perjalanan sekitar 2 jam. Di desa ini sudah banyak tersedia penginapan beserta paket perjalanan wisata gunung rinjani. Untuk memudahkan perjalanan sebaiknya menyewa jasa guide utuk menyamanan dalam perjalanan, untuk informasi dan keterangan lebih lanjut kita bisa menghubungi petugas di pos jaga Taman Nasional Gunung Rinjani. Setelah melapor pada pos jaga taman nasional di Senaru perjalanan diawali dengan melewati perkebunan penduduk dan mulai memasuki hutan. Setelah melewati 3 pos yang mempunyai jarak tempuh sekitar 5 jam, dari pos 3 (Mondokon Lolak) yang berada pada ketingian 2000 m.dpl kita akan mencapai Pelawangan Senaru setelah berjalan selama 2 jam. Di pelawangan senaru kita bisa melihat Segara Anak dan Puncak Rinjani. Untuk mencapai segara anak kita menuruni bukit yang cukup terjal, dari danau kita menuju Basecamp Segara Anak dengan jarak tempuh sekitar 2 jam. Dari arah danau untuk mencapai puncak rinjani kita kembali menuju pelawangan senaru, yang merupakan camp terakhir, dipagi harinya sekitar jam 2 pagi kita bisa melanjutkankana perjalanan menuju puncak. Sembalun (1.150 m.dpl) merupakan jalur yang cukup mudah dijangkau dengan transportasi umum. Di terminal Kota Mataram. tersedia kendaraan umum jurusan Mataram-Aikmel. Sekitar 1 jam berkendara sampailah di kawasan Aikmel, kemudian dilanjutkan dengan kendaraan umum lainnya menuju pos pendakian sembalun. Setelah sampai di pos sembalun kita bisa melengkapi perlengkapan yang kita perlukan, karena disini terdapat penyewaan peralatan pendakian serta tersedianya jasa guide dan porter untuk membantu kenyamanan kita dalam mendaki. Setelah melakukan pendaftaran di pos jaga, perjalanan akan diawali dengan memasuki padang savana yang luas dan akan melewati 3 post utama, lama perjalana sekitar 4 jam. Jalur sembalun merupakan jalur yang landai dibandingkan dengan jalur senaru, akan tetapi merupakan jalur yang sangat berat pula, dikerenakan jalan yang kita lewati berupa hamparan savana yang luas membuat badan kita cepat letih karena sengatan sinar matahari yang terik. Sebelum mencapai pos 3 atau pos Padabalang kita akan dihadapkan pada persimpangan jalan yang memisahkan jalur kanan ke bukit penyesalan dan kekiri ke bukit penderitaan, untuk saat ini jalur yang bisa dipakai adalah jalur penderitaan karena jalur ke bukit penyesalan jalannnya sudah tidak begitu jelas. Dari pos 3 ini kita akan melewati 9 bukit sebelum mecapai Pelawangan Sembalun (2.639 m.dpl).dengan lama perjalanan sekitar 4 jam. Pelawangan Sembalun merupakan pertigaan atau pos terakhir untuk mencapai puncak atau turun menuju segara anak. Ditempat ini kita bisa medirikan tenda dengan pemandangan danau segara anak dan gunung barujari tepat dibawah kita. Perjalanan menuju puncak dengan meniti bibir kawah merupakan perjalanan yang melelahkan, dengan medan berpasir yang gembur membuat langkah kita terhambat mundur karena bila kita melangkah, setengah langkah kita akan turun, sungguh perjalanan yang meyenangkan diakhir ketinggian 200 meter sebelum puncak. Jalur Torean Menuju Bayan dari teminal Cakranegara-Lombok dapat ditempuh dengan menggunakan kendaraan umum selama kurang lebih 3 jam, lemudian diteruskan menuju desa terakhir Torean, lama perjalana 1 jam dengan menggunakan ojek atau dapat juga dengan angkutan truk, akan tetapi truk ini jarang sekali melintas menuju torean. Di desa torean sudah banyak penyedia jasa porter untuk mempermudah pendakian, karena jarangnya pendaki yang melewati jalur ini sebaik nya kita memakai jasa porter. Melalui jalur torean ini jarang sekali atau bahkan bisa disebut tidak ada pos-pos pendakian seperti jalur-jalur lain. Jalur torean merupakan jalur yang biasa dilewati oleh penduduk sekitar untuk mencapai segara anak, untuk melakukan tradisi/prosesi Pakelem bagi Umat Hindu, jalur ini juga dapat menuju Gua Susu dan Gua Manik yang berada sebelum segara anak. Untuk memulai pendakian sebaiknya dilakukan pagi hari, karena jalannya agak berbahaya bila kita lakukan perjalanan pada malam hari dan tentu saja sangat disayangkan bila kita tidak menikmati pemandangan dan indahnya tanjakan yang menyesakan dada. Untuk menuju segara anak kita akan melewati satu-satunya post pendakian, yang akan kita tempuh selama 2,5 jam perjalanan melaluai hutan taman nasional. Setelah melewati pos ini kita akan menuju jalan yang berupa lembah yang berada pada sisi utara rinjani yang membawa aliran air sungai dari segara anak melalui kokok putih (nama sungai). Kita akan mengikuti aliran kokok putih, dengan melalui jalan setapak kecil dan melewati beberapa bukit, kita akan sampai pada Pelawangan Torean dan kita akan turun ke anak sungai kokok putih. Setelah melewati satu bukit lagi kita akan sampai pada kawasan gua dan kolam air panas alami yang berada di segara anak. Waktu tempuh yang diperlukan untuk sampai ke segata anak membutuhkan watu sekitas 8 jam perjalanan. Untuk mencapai puncak, kita menjajaki tebing selama 4 jam untuk mencapai pelawangan sembalun, dan dari sini untuk mencapai puncak melalui jalur normal sembalun. Jalur Timbanuh Untuk menuju desa Timbanuh kita dapat menggunakan kendaraan umum dari mataram kita turun di Masbagik dan dilanjutkan kendaran umum lannya menuju Timbanuh, lama perjalanan kurang lebih sekitar 3 jam berkendara. Di timbanuh sudah banyak tersedia jasa guide untuk mempermudah pendakian tapi layanan paket perjalanan belum ada. Jalur timbanuh merupakan jalur baru yang diresmikan oleh Balai Taman Nasional Gunung Rinjani (BTNGR), dibandingkan jalur yang sudah ada, jalur timbanuh belum mempunyai sarana yang memadai akan tetapi jalur ini menyediakan kelebihan ketersediaannya air di sepanjang jalur pendakian serta keaneka ragaman flora dan fauna serta jalurnya yang cukup menantang bagi pendaki, Jalur ini hanya memperbolehkan pendaki untuk melakukan pendakian sampai ke Pelawangan Cemoro Rompes dan puncak selatan rinjani, sedangkan untuk jalur ke danau segara anak belum diperbolehkan karena medannya yang curam dan berbahaya. Lama perjalanan dari timbanuh ke pelawangan cemoro rompes sekitar 9 jam perjalanan. Gunung baru jari dapat kita lihat dengan jelas dari cemoro rompes dibandingankan dari ketiga jalur pelawangan lainnya, karena posisinya paling dekat dengan gunung barujari dan ditempat ini juga terdapat padang edelweis. SUMBER : SUARA KEBEBASAN
»»  READMORE...
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Jalur Pendakian Gunung Lawu

Gunung Lawu (3.265 m) berdiri kokoh diperbatasan antara Jawa Tengah dan Jawa Timur, banyak menyimpan sejuta misteri dan legenda. Dalam legenda Gunung Lawu dipercayai sebagai tempat bertapanya Raden Brawijaya atau dikenal dengan Sunan Lawu setelah mengundurkan diri dari kerajaan Majapahit, dan beliau dipercaya sebagai penguasa seluruh makhluk yang ada di Gunung Lawu. Gunung Lawu juga mempunyai kawah yang namanya sangat terkenal yakni Kawah Condrodimuko, yang dipercaya masyarakat sekitar sebagai tempat menggodok tokoh pewayangan yaitu Raden Gatutkaca, salah satu dari Pandawa Lima. Di gunung ini juga banyak tempat-tempat keramat antara lain Sendang Drajat, Argo Dalem, Argo Dumilah, Pasar Dieng, Batu Tugu "Punden Berundak", Lumbung Selayur, Telaga Kuning dan masih banyak lagi. Gunung ini juga ditumbuhi bunga Edelweis berwarna merah muda, kuning dan putih. Gunung Lawu menyimpan misteri pada masing-masing dari tiga puncak utamanya dan menjadi tempat yang dimitoskan sebagai tempat sakral di Tanah Jawa. Harga Dalem diyakini sebagai tempat pamoksan Prabu Bhrawijaya Pamungkas, Harga Dumiling diyakini sebagai tempat pamoksan Ki Sabdopalon, dan Harga Dumilah merupakan tempat yang penuh misteri yang sering dipergunakan sebagai ajang menjadi kemampuan olah batin dan meditasi. Setiap orang yang hendak pergi ke puncaknya harus memahami berbagai larangan tidak tertulis untuk tidak melakukan sesuatu, baik bersifat perbuatan maupun perkataan. Bila pantangan itu dilanggar di pelaku diyakini bakal bernasib naas. Tempat-tempat lain yang diyakini misterius oleh penduduk setempat yakni: Sendang Inten, Sendang Drajat, Sendang Panguripan, Sumur Jalatunda, Kawah Candradimuka, Repat Kepanasan/Cakrasurya, dan Pringgodani. Desa Cemoro Sewu maupun dukuh Cemoro kandang yang hanya berjarak sekitar 1 kilometer merupakan gerbang pendakian ke puncak Lawu atau lebih dikenal dengan nama Argo Dumilah, letaknya berada tidak jauh dari kota dan dilintasi oleh jalan raya tertinggi di pulau Jawa yaitu sekitar 1.878 meter dari permukaan air laut. Karena letaknya yang mudah dijangkau, Gunung Lawu ini banyak dikunjungi pendaki pada Minggu dan hari-hari libur. Bahkan pada bulan Suro (Tahun Baru menurut penanggalan Jawa), kita akan menemui bahwa mereka yang mendaki bukan saja untuk ke puncak gunung Lawu, tetapi juga banyak diantaranya adalah peziarah, pertapa dan berbagai tujuan lainnya. Kedua daerah gerbang pendakian tersebut merupakan daerah berbentuk saddle antara daerah tujuan wisata Sarangan yang terkenal dengan danaunya dan Tawangmangu dengan air terjunnya. Kedua jalur Selatan ini adalah yang paling banyak dilalui karena jalurnya mudah dan pemandangannya sangat indah. Untuk mencapai daerah ini. Dari arah Surabaya menuju Madiun diteruskan ke Magetan dengan bus, kemudian naik colt menuju Sarangan (1.286 m.dpl), dari sini kita naik colt jurusan Tawangmangu turun di Cemoro Sewu atau Cemoro Kandang. Kalau dari arah Solo, kita naik bus menuju Tawangmangu (1.000 m.dpl), lalu naik colt jurusan Sarangan berhenti di Cemoro Kandang atau Cemoro Sewu. Angkutan umum/colt dari Tawangmangu ke Sarangan atau arah sebaliknya agak sulit ditemui mulai pukul 16.00 wib. Segala fasilitas umum antara lain hotel, wartel yang paling dekat adalah di daerah wisata Sarangan terletak 5 kilometer dari Cemoro Sewu atau di Tawangmangu yang juga merupakan tempat wisata. Walau demikian, kita dapat menginap dirumah-rumah penduduk. Kita juga bisa memenuhi kebutuhan logistik tambahan untuk pendakian di warung-warung yang ada di desa gerbang pendakian ini. Gerbang Jawa Timur ,lewat Desa Cemoro Sewu Desa Cemoro Sewu (1.800 m dpl) kecamatan Plaosan Kabupaten Magetan merupakan gerbang pendakian dari jalur Jawa Timur adalah daerah yang sangat subur. Daerah yang dihuni 20 keluarga dengan mata pencaharian utama adalah bertani ini tampak hijau, bersih sehingga menyejukkan mata yang melihatnya. Penduduknya sangat rukun, suka gotong-royong, ramah terhadap para pendatang dan sangat peduli terhadap kebersihan lingkunganya, ini terbukti dengan didapatnya tropi Jawa Timur tahun 1991 dan Kalpataru untuk katagori Pengabdi Lingkungan tahun 1992 oleh Bapak Sardi Kamituwo desa Cemoro Sewu. Jalur yang dimulai dari Cemoro Sewu (1.800 m.dpl) ini adalah yang paling sering digunakan untuk pendakian, panjangnya 6.5 km, berupa jalan makadam mulai desa sampai mendekati puncak. Di desa Cemoro Sewu ini kita mempersiapkan air untuk perjalanan naik dan turun. Kita akan melewati hutan pinus dan akasia di sisi kiri dan kanan sampai pada ketinggian lk 3.000 m dpl. Dalam pendakian ini kita akan melewati 4 buah pos pada ketinggian 2.100 m, 2.300 m, 2.500 m dan sampai di pos IV dengan ketinggian 2.800 m dpl dengan waktu 4 - 5 jam. Setelah pos IV ini pepohonan mulai rendah sampai kita harus menyusur punggungan, jalannya berupa tanah mendatar dan di sisi kanan terdapat jurang. Kurang lebih 10 menit kita akan sampai di Sendang Drajat, sebuah sumber air yang dianggap keramat oleh para peziarah. Di daerah sini biasanya juga digunakan untuk bertapa oleh orang-orang yang percaya bahwa akan mendapat "ilmu". Disini terdapat gua selebar 2 meter yang dapat kita pakai untuk bermalam. Didepan gua terdapat lubang sekitar satu meter yang kadangkala dapat ditemukan air. Jika tidak mau menginap di Sendang Drajat, kita dapat berjalan terus ke Argo Dalem, dengan melewati punggungan bukit sekitar 30 menit, kita akan menemukan pertigaan yang kekiri langsung menuju puncak Argo Dumilah ( 3.265 m dpl) sedang ke kanan menuju ke Argo Dalem (3.148m dpl). Dari pertigaan ini, untuk menuju puncak Argo Dumilah hanya membutuhkan waktu 10 menit. Alun-alun Argo Dalem merupakan hamparan padang terbuka bervegetasi perdu, memungkinkan kita untuk melihat kearah puncak maupun kelembah di bawahnya. Ada pondok utama yang biasanya menjadi tujuan peziarah yang datang, lengkap dengan barang-barang persembahannya Puncak Gunung Lawu berupa dataran yang berbukit-bukit dan terdapat titik trianggulasi. Dari arah puncak kita dapat menikmati pemandangan yang sangat menawan. Selain Matahari terbit, bila kita memandang ke arah barat, akan tampak puncak Gunung Merapi dan Merbabu, dan arah timur akan terlihat puncak Gunung Kelud, Butak dan Wilis. Gerbang Jawa Tengah: Desa Cemoro Kandang Jalur yang dimulai dari Desa Cemoro Kandang ini, panjangnya sekitar 12 km, juga paling sering digunakan untuk pendakian, karena tidak terlalu menanjak dan pemandangannya sangat indah. Diseberang gerbang pendakian terdapat warung-warung, juga bisa untuk menambah logistik, air juga harus dipersiapkan disini untuk perjalanan naik sampai turun lagi. Kita mulai perjalanan melalui hutan akasia dan pinus dengan kondisi jalan berbatu kurang lebih 1,5 jam, kita sampai pada PosI Taman Sari bawah. Kemudian kita melewati jalan tanah dari hutan cemara dan pinus selama sekitar 30 menit akan menemui Pos II Taman Sari Atas. Dari sini kita masih melewati hutan dan menyisir bukit, setelah perjalanan selama 2,5 jam kemudian kita sampai di pos III Penggik (2.760 m dpl). Dari pos penggik ini kita menuju ke Pos IV Cokrosuryo dengan melewati hutan, kemudian menyisir bukit, disebelah kiri kita adalah jurang, waktu yang dibutuhkan sekitar 1,5 jam. Jika tidak ingin menginap di Cokrosuryo kita bisa berjalan terus ke Argo Dalem dengan waktu tempuh sekitar 2 jam. Dalam perjalanan ke Argo Dalem kita akan menemui sebuah pos yang rusak di pertigaan yang kekanan ke Argo Dumilah dan yang lurus menuju Argo Dalem. Perlengkapan dan Tips Perjalanan Pendakian ke Gunung Lawu jika melalui Cemoro Kandang membutuhkan waktu 8-9 jam dan 5-6 untuk turun, sedang dari Cemoro Sewu dibutuhkan waktu 6-7 jam untuk pendakian dan 4-5 jam untuk turun. Pakaian yang tahan angin dan tahan air serta peralatan untuk tidur sebaiknya dibawa untuk kenyamanan perjalanan pendakian. Kalau ingin pendakian anda tidak terlalu ramai maka sebaiknya melakukan pendakian pada hari-hari biasa (senin-Jumat) Perijinan dan Pemanduan Untuk perijinan pendakian ke Gunung Lawu sampai saat ini masih belum ada keharusan ijin yang resmi dari instansi-instansi yang memangku daerah pendakian ini, dan anda cukup mendaftarkan diri ke petugas yang ada di pos pendakian Cemoro Kandang atau ke Bapak Sardi Kamituwo di desa Cemoro Sewu serta meninggalkan kartu pengenal diri. Bila anda ingin mengetahui tempat-tempat yang keramat di gunung ini, sebaiknya anda menggunakan pemandu untuk mengantar anda. Anda bisa menghubungi bapak Sardi untuk membantu kita untuk mencarikan pemandu yang mengetahui tempat-tempat keramat. Bila mengalami keadaan darurat di Gunung Lawu, kecelakaan atau rekan yang hilang, kita bisa menghubungi SAR SATKORLAK UNS Solo Jl. Urip Sumoharjo 110 Mesen Surakarta Telp. (0271) 41799, 47199.


SUMBER : MOUNTINBLACK
»»  READMORE...
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Jalur Pendakian Gunung Ciremai (Pos Cibunar)

»»  READMORE...
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Jalur Pendakian Gunung Semeru (Jawa Timur)

MAHAMERU
Semeru merupakan Gunung Tertinggi se-Jawa. Di gunung ini masih menyimpan banyak misteri yang belum terungkap. Mulai dari Pendaki gunung yang meninggal sampai dengan orang yang hilang dan tidak diketemukan jasadnya setelah beberapa tahun lamanya.Disini pula katanya merupakan tempat bersemayamnya para dewa mati. Selain itu di sini juga banyak terdapat pemandangan yang indah, mulai dari danau Ranu Kumbolo, bukit yang beraneka ragam sampi letusan dari Gunung Semeru yang masih aktif ini (lebih dikenal dengan sebutan WEDUS GEMBEL).

1. Rute Lewat Ranupane-Lumajang
Rute Angkutan Dari Surabaya sampai Ranupane – Lumajang * Naik bis kota Surabaya-Malang (turun akhir-terminal Arjosari) tarip untuk Ekonomi Rp.2500 (resmi) * Naik colt dari Arjosari menuju Tumpang (warna colt putih) tarip antara Rp. 1.000 s/d Rp. 1.500 (tawar menawar) * Dari Tumpang kita lanjutkan perjalanan dengan angkutan Hartop (semacam Jip) disana lebih dikenal dengan nama Ranger tarip antara Rp. 8.000 sampai dengan Rp. 15.000 terngantung dari jumlah penumpang (hampir semacam carter angkutan-kapasitas penumpang kurang lebih 20 orang. * Selama perjalanan Tumpang Ranupane biasanya kita ditanya sudah ijin atau belum untuk Pendakian (tujuan) dan lamanya pendakian.Tarip sekitar Rp. 2.000 untuk pelajar dan untuk Umum sekitar Rp. 3.000. * Sampai di Ranupane (tempat perijinan) (Tumpang-Ranupane kuarang lebih memakan waktu 2 Jam).

2. Rute Pendakian Lewat Ranupane-Puncak Semeru
* Ranupane-Ranu Kumbolo (Danau) sekitar 3-4 jam.Biasanya pendaki istirahat di tempat ini 1 malam (atau di Ranupane bila kemalaman waktu tiba di Ranupane) (jarak tempuh sekitar 8-9 Km dengan kondisi jalan landai). Pendakian kemudian dilanjutkan dengan jarak tempuh sekitar 4.5 Km dengan memakan waktu sekitar 4-5 jam perjalanan dengan jalan kaki.(memasuki wilayah Arcapada). * Perjalanan biasanya dilanjutkan lagi pada esok harinya. Perjalanan dari Arcapada menuju Puncak Mahameru sekitar 3-5 jam perjalanan dengan jarak tempuh sekitar 1,5 Km. Perjalanan naik menuju puncak Gunung Semeru sebaiknya dimulai pada pagi dini hari (sekitar pukul 01.00 s/d 03.00), karena bila kita terlalu siang untuk menuju Puncak Utama Mahameru, di kuatirkan gas beracun dari letusan gunung Semeru yang dimana dapat menyebabkan kematian pada orang yang menghirupnya .(biasanya letusan di atas jam 10.00 siang).
sumber : stemdapala
»»  READMORE...
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Gunung Bromo (Taman Nasional Bromo-Semeru)

Rute Pendakian Gunung Bromo
Taman Nasional Bromo-Semeru merupakan satu-satunya kawasan konservasi di Indonesia yang memiliki keunikan berupa laut pasir seluas 5.250 hektar, yang berada pada ketinggian 2392 m dari permukaan laut. Bromo memiliki tipe ekosistem sub-montana, montana dan sub-alphin dengan pohon-pohon yang besar dan berusia ratusan tahun. Apabila Anda berwisata ke Jawa Timur, sangat disayangkan jika tidak mengunjungi Kawasan Wisata Alam Taman Nasional Bromo ” Semeru. Apalagi ditambah dengan kondisi udara yang masih segar, dingin dan alam pegunungan yang menawan.Taman Nasional Bromo-Semeru merupakan satu-satunya kawasan konservasi di Indonesia yang memiliki keunikan berupa laut pasir seluas 5.250 hektar, yang berada pada ketinggian 2392 m dari permukaan laut. Pegunungan Bromo-Semeru, merupakan pegunungan yang masih aktif dan paling terkenal sebagai obyek wisata di Jawa Timur. Kawasan wisata ini menjanjikan sebuah keindahan yang tak bisa anda temui di tempat lain. Dari puncak gunung berapi yang masih aktif ini, anda bisa menikmati hamparan lautan pasir seluas 10km persegi, dan menyaksikan kemegahan gunung Semeru yang menjulang menembus awan. Anda juga bisa menatap indahnya matahari beranjak keluar dari peraduannya. Selain menyaksikan keindahan panorama yang ditawarkan oleh Bromo-Semeru, apabila Anda datang di waktu yang tepat, maka Anda dapat menyaksikan Upacara Kesodo, yang diadakan oleh masyarakat Tengger. Upacara ini biasanya dimulai pada saat tengah malam hingga dini hari setiap bulan purnama sekitar tanggal 14 atau 15 di bulan Kesodo [ke-sepuluh] menurut penanggalan Jawa. Upacara Kesodo merupakan upacara untuk memohon panen yang berlimpah atau meminta tolak bala dan kesembuhan atas berbagai penyakit, yaitu dengan cara mempersembahkan sesaji dengan melemparkannya ke kawah Gunung Bromo. Saat prosesi berlangsung, masyarakat Tengger lainnya beramai-ramai menuruni tebing kawah dan sesaji yang dilemparkan ke dalam kawah, sebagai perlambang berkah dari Yang Maha Kuasa. Taman Nasional Bromo Tengger Semeru memiliki tipe ekosistem sub-montana, montana dan sub-alphin dengan pohon-pohon yang besar dan berusia ratusan tahun.Beberapa jenis tumbuhan yang terdapat di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru antara lain jamuju (Dacrycarpus imbricatus), cemara gunung (Casuarina sp.), eidelweis (Anaphalis javanica), berbagai jenis anggrek dan jenis rumput langka (Styphelia pungieus). Terdapat sekitar 137 jenis burung, 22 jenis mamalia dan 4 jenis reptilia di taman nasional ini Satwa langka dan dilindungi yang terdapat di taman nasional ini antara lain luwak (Pardofelis marmorata), rusa (Cervus timorensis ), kera ekor panjang (Macaca fascicularis), kijang (Muntiacus muntjak ), ayam hutan merah (Gallus gallus), macan tutul (Panthera pardus ), ajag (Cuon alpinus ); dan berbagai jenis burung seperti alap-alap burung (Accipiter virgatus ), rangkong (Buceros rhinoceros silvestris), elang ular bido (Spilornis cheela bido), srigunting hitam (Dicrurus macrocercus), elang bondol (Haliastur indus), dan belibis yang hidup di Ranu Pani, Ranu Regulo, dan Ranu Kumbolo. Gunung Bromo mempunyai sebuah kawah dengan garis tengah ± 800 meter (utara-selatan) dan ± 600 meter (timur-barat). Sedangkan daerah bahayanya berupa lingkaran dengan jari-jari 4 km dari pusat kawah Bromo. Suku Tengger yang berada di sekitar taman nasional merupakan suku asli yang beragama Hindu. Menurut legenda, asal-usul suku tersebut dari Kerajaan Majapahit yang mengasingkan diri. Uniknya, melihat penduduk di sekitar (Su-ku Tengger) tampak tidak ada rasa ketakutan walaupun menge-tahui Gunung Bromo itu berbaha-ya, termasuk juga wisatawan yang banyak mengunjungi Taman Nasional Bromo Tengger Semeru pada saat Upacara Kasodo.Beberapa lokasi/obyek yang menarik untuk dikunjungi:


Cemorolawang.
Salah satu pintu masuk menuju taman nasional yang banyak dikunjungi untuk melihat dari kejauhan hamparan laut pasir dan kawah Bromo, dan berkemah.


Laut Pasir Tengger dan Gunung Bromo.
Berkuda dan mendaki gunung Bromo melalui tangga dan melihat matahari terbit.


Pananjakan.
Melihat panorama alam gunung Bromo, gunung Batok dan gunung Semeru.


Ranu Pani, Ranu Regulo, Ranu Kumbolo dan Puncak Gunung Semeru.
Danau-danau yang sangat dingin dan selalu berkabut (± 2.200 m. dpl) sering digunakan sebagai tempat transit pendaki Gunung Semeru (3.676 m. dpl).


Ranu Darungan.
Berkemah, pengamatan satwa/ tumbuhan dan panorama alam yang menawan. Musim kunjungan terbaik: bulan Juni s/d Oktober dan bulan Desember s/d Januari.


Cara Mencapai Daerah Ini
Anda dapat mencapai daerah ini dengan menggunakan mobil pribadi ataupun menyewa kendaraan. Ada empat pintu gerbang utama untuk memasuki kawasan taman nasional ini yaitu: desa Cemorolawang jika melalui jalur Probolinggo, desa Wonokitri dengan jalur Pasuruan, desa Ngadas dari jalur Malang dan desa Burno adalah jalur Lumajang.Adapun rute yang dapat ditempuh adalah sebagai berikut: Pasuruan-Warung Dowo-Tosari-Wonokitri-Gunung Bromo menggunakan mobil dengan jarak 71 km, Malang-Tumpang-Gubuk Klakah-Jemplang-Gunung Bromo menggunakan mobil dengan jarak 53 km. Atau dari Malang-Purwodadi-Nongkojajar-Tosari-Wonokitri-Penanjakan sekitar 83 km.


Tempat Menginap
Berbagai hotel dan penginapan dapat ditemukan disekitar area Taman Nasional Bromo-Semeru, mulai dari losmen sampai dengan hotel berbintang 4 dapat di jadikan pilihan untuk menginap di Bromo. Rata rata setiap hotel memasang tarif yang terjangkau.


Tempat Bersantap
Agak sedikit sulit untuk menemukan tempat makan di area ini terutama pada malam hari. Akan tetapi, apabila Anda menginap di desa Wonokitri, sekitar 3 km ke bawah tepatnya di pasar Tosari dapat ditemui beberapa warung makanan yang buka dan menjajakan makanannya hingga pukul 9 malam.


Berkeliling
Anda dapat berkeliling ke sekitar areal Taman Nasional dengan menyewa kendaraan jenis jeep 4×4. Atau, jika hanya ingin berkeliling di sekitar area lautan pasir Bromo, Anda dapat menyewa kuda yang banyak tersedia disana.


Buah Tangan
Anda dapat membeli oleh-oleh atau cinderamata di sekitar point area yang biasa digunakan untuk melihat matahari terbit. Di area ini banyak terdapat kios cinderamata yang menjajakan dagangan mereka seperti kaos atau t-shirt, topi kupluk, syal dan lainnya. Selain itu, di sekitar area laut pasir juga terdapat beberapa penjaja cinderamata yang menjual kaos atau t-shirt yang bertuliskan Gunung Bromo-Semeru. Rute Pendakian ke Gunung Bromo:Perjalanan melalui pintu barat dari arah pasuruan yaitu masuk dari desa Tosari untuk menuju ke pusat obyek wisata ( lautan pasir )terbilang berat karena medan yang harus ditempuh tak bisa dilalui oleh kendaraan roda 4 biasa ini dikarenakan jalan turunan dari penanjakan kearah lautan pasir sangatlah curam, kecuali kita menyewa jip yang disediakan oleh pengelola wisata, jadi wisatawan banyak yang berjalan kaki untuk menuju ke pusat lokasi. Namun apabila kita melalui pintu utara dari arah sebelum masuk probolinggo yaitu pada daerah Tongas, kita akan menuju desa cemoro lawang sebelum turun menuju lautan pasir maka tidaklah terlalu berat dikarenakan turunan dari lerengnya tidaklah terlalu curam sehingga sepeda motor pun dapat melaluinya. Kebanyakan para wisatawan yang ingin mudah mencapai lautan pasir melewati jalur ini. Namun bila anda ingin menyaksikan sunrise yang sering ditampilkan di foto – foto, yang banyak difoto dari puncak penanjakan maka anda lebih praktis melewati jalur pintu barat. Namun bila anda mempunyai jiwa petualang maka anda dapat mencoba jalur perjalanan yang jarang dilalui wisatawan. Yaitu melalui kota Malang anda masuk melalui kota kecil tumpang kemudian masuk kota pronojiwo lalu akan melalui cagar alam yang sangat indah dari sini anda akan menjumpai pertigaan jalan dimana kearah selatan akan memasuki ranu pane ( kearah gunung semeru ) dan kearah utara anda memasuki lautan pasir bromo yang berada di punggung gunung bromo sebelah selatan. Jalan ini akan mengitari gunung bromo melewati lautan pasir. Jalur ini sebenarnya tidak terlalu curam dan dapat dilalui sepeda motor, namun memerlukan jiwa petualang karena jalurnya yang masih jarang dilewati. Namun anda akan diganjar dengan rahasia Bromo yang lain, yang sangat jarang dilihat wisatawan, yaitu padang ruput sabana dan bunga yang sangat luas berada dibalik Gunung Bromo. Sungguh pemandangan yang berkebalikan pada sisi Utaranya yang gersang dan berdebu. Lautan pasir adalah andalan wisata dari gunung Bromo, di alam pegunungan yang sejuk, kita dapat melihat padang pasir dan rerumputan yang luas. Sedangkan yang paling ditunggu dari gunung bromo adalah sightview ketika matahari terbit dan terbenam karena memang akan kelihatan jelas sekali dan sangat indah. Walaupun perjalanan ke Bromo sangat berdebu, tapi tidak terasa, karena keindahan yang disuguhkan benar-benar luar biasa. Berlibur menuju bromo dapat dibilang praktis bila anda menyukai tipe traveller dan melalui jalur pintu utara. Anda dapat melakukan kunjungan dalam jangka waktu 12 jam saja. tentunya bila anda memulainya dari kota Surabaya, Malang, Jember dan sekitarnya. Perjalanan dapat dimulai dari jam 12 malam sehingga anda akan sampai sekitar pukul 2 – 3 pagi. Dimana anda dapat beristirahat dahulu sebelum melihat sunrise. Penjual makanan dan minuman di areal lautan pasir biasanya sudah buka menjelang pukul 3 pagi, sehingga anda sudah bisa bersiap – siap untuk melakukan pendakian melewati anak tangga puncak bromo yang terkenal itu. Nikmatilah pemandangan sampai jam 9 pagi dan anda pun dapat kembali sampai di kota keberangkatan anda sekitar 12 siang. Sebagai catatan, apabila anda melakukan perjalanan diareal lautan pasir ditengah kegelapan malam, sebagai patokan menuju areal parkir sekitar Pura anda dapat melihat patok dari beton yang sengaja diberikan sebagai penunjuk menuju areal pura. Dan apabila anda tersesat jangan panik dan meneruskan perjalanan ( apalagi ditengah kabut tebal ), tunggulah karena biasanya mulai jam 2 – 3 pagi beberapa penunggang kuda sewaan melintas diarea lautan pasir.


Tips:
Musim kunjungan terbaik adalah sekitar bulan Juni s/d Oktober dan bulan Desember s/d Januari. Perlu disiapkan kesehatan prima dan perbekalan penahan dari udara dingin seperti: baju hangat, penutup kepala, kaus tangan penahan udara dingin, serta bekal makanan-minuman secukupnya Perlu diingat bahwa di puncak Penanjakan tidak ada pengginapan maka dari penginapan terdekat harus berangkat pagi-pagi sekitar pukul 03.00-04.00 pagi dini hari. Mengingat sulitnya mencari makanan pada malam hari, akan lebih baik apabila Anda membeli persediaan makanan dan minuman sebagai bekal Anda.


Sumber : Indotoplist.com
»»  READMORE...
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Jalur Pendakian Gunung Slamet

Gunung Slamet adalah gunung yang berada di kabupaten Purbalingga, Brebes dan Banjarnegara. Tepatnya di sebelah Barat kota Purbalingga dan sebelah Utara kota Purwokerto pada ketinggian Gunung ini mencapai 3432 m dpl dan termasuk gunung berapi tertinggi di Jawa dengan memiliki 4 buah kawah aktif yang terletak di puncaknya, sehingga dianjurkan untuk mendaki puncak sebelum pukul 10 pagi untuk menghindari adanya gas beracun. Dari puncak dapat terlihat gunung-gunung lainnya di jawa tengah seperti gunung Sumbing, Sindoro, merbabu, merapi bahkan kalau sedang cerah bisa melihat gunung Lawu. Pada bulan-bulan tertentu cuaca di gunung ini sangat ekstrim dan seringkali terjadi badai pada puncaknya, suhu udara turun dengan drastis untuk mengantisipasinya jangan lupa membawa baju hangat, jas hujan dan kantung tidur agar tidak terkena hipotermia jika ingin mendaki gunung ini. Sebagian jalur pendakian amat curam dan pada musim hujan, jalur pendakian menjadi semakin berat karena jalur tersebut terisi oleh air. Sebagian masyarakat jawa mempercayai bahwa gunung slamet adalah pusat dari pulau Jawa. Mereka juga menyebut gunung ini dengan nama gunung Lanang. Bahkan mereka juga percaya bahwa gunung ini adalah gunung yang angker, yang banyak didiami oleh mahluk halus. Terlepas dari mitos dan kepercayaan yang ada, gunung ini merupakan gunung yang indah, terutama di Pelawangan yaitu daerah sebelum puncak. Ada beberapa pintu masuk untuk mendaki gunung ini yaitu melalui Bambangan, Batu Raden, Kaliwadas dan Randudongka. Tapi jalur resminya adalah melalui Bambangan, jalur-jalur lainnya sudah ditutup untuk keselamatan. Pemandangan yang di temui melalui pintu masuk Bambangan cukup beragam, dari pintu masuk perkebunan mendominasi rute perjalanan, lalu berganti dengan hutan hujan tropis, mendekati puncak berganti dengan semak semak, dan puncaknya berupa batu-batuan dan pasir. Jalur yang ditempuh cukup sulit dengan rata-rata kemiringan lebih dari 400. Jalur Pendakian Jalur Bambangan: Bambangan merupakan sebuah desa yang terletak di lereng gunung slamet. Dari desa ini menuju pos pertama melalui perkebunan sayur yang masih dapat ditempuh dengan motor sampai pos pesanggrahan perum perhutani Serang, setalah itu perjalanan harus dilanjutkan dengan berjalan kaki. Biasanya pendaki memulai perjalanan pada sore untuk menghindari panasnya sengatan matahari ketika berjalan diperkebunan yang terbuka. Ds. Bambangan -> Serang -> Gunung Malang-> Pondok Gembirung -> Pondok Walang -> Pondok Cemara -> Samarantu -> Samyang Rangkah -> Samyang Ketebonan -> Batur -> Samyang Jampang -> Samyang Kendit -> Pelawangan -> Puncak Sumber : Tapala Cirebon
»»  READMORE...
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Jalur Pendakian Gunung Krinci-Jambi


Gunung Kerinci adalah gunung kedua tertinggi di Indonesia setelah Puncak Jaya Wijaya. Banyak cerita / legenda yang cukup menarik di sekitar Taman Nasional Kerinci-Seblat. Selain itu juga gunung ini menyuguhkan pemandangan yang sangat indah, dimana kita juga dapat melihat Danau Gunung Tujuh yang merupakan danau tertinggi di Asia Tenggara. Pencapain ke lokasi : Dari Jakarta / P Jawa – Jambi / Padang –> turun di Terminal Bangko Terminal Bangko – Sungai Penuh (naik Colt selama 4-5 jam) Sungai Penuh – Kayu Aro (naik angkot selama 1-2 jam) Di Kayu Aro – Pos Pendaftaran (melintasi kebun teh selama 15 -30 menit jalan kaki) Pendakian dimulai saat kita memasuki Pintu Rimba. Pintu Rimba – Pos I Pos I – Pos II Pos II – Pos III (Salter I) —> disini ada mata air terkahir untuk mengisi perbekalan Pos III – Pos IV (Salter II) Pos IV – Pos V (Salter III) —> batas vegetasi Pos V – Puncak Setiap pos bisa dicapai antara 1,5 – 2,5 jam perjalanan.
sumber :pendakierror.com
»»  READMORE...
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Jalur Pendakian Gunung Sindoro-Sumbing

Gunung Sindoro dan G. Sumbing serupa sekali, berapi dan berkerucut. Diperkirakan gunung-gunung itu berasal dari sumber dan masa yang sama. G. Sindoro dan G. Sumbing dipisahkan oleh sebuah jalan raya yang menghubungkan Kota Wonosobo dan Kota Magelang. Menuju puncak G. SindoroDari Magelang – Wonosobo dan turun di jalan raya tertinggi di desa Kledung. Di Kledug harus ke Kepala Desa untuk memperoleh informasi dan kita dapat bermalam di rumah kepala Desa Kledung ini. Air harus dipersiapkan disini Perjalanan ke puncak dimulai melalui kebun sayur, hutan pinus dan terus naik. Mendekati puncak, kita mengambil jalan memutar dari kiri ke kanan ke arah puncak. Dari desa Kledung menuju ke puncak memakan waktu 8 jam dan turunnya kita membutuhkan waktu 5 jam. Untuk menuju puncak G. Sumbing, kita turun dari bus di gapura desa Garung dimana jalan mulai menurun ke Kota Wonosobo. Perjalanan melalui kebun sayur dan jalan menanjak seperti dalam saluran air. Kita kemudian melewai kebun akasia dan menjumpai padang rumput, dari sini kita dapat melihat puncak G. Sumbing. Perjalanan sampai ke punggung gunung, makin lama makin curam dan disini terdapat batu besar tempat berlindung dari hembusan angin yang keras. Dari tempat ini menuju ke puncak masih dibutuhkan waktu 1-2 jam lagi. Puncak G. Sumbing berbentuk kaldera kecil yang bergaris tengah 800 m dengan kedalaman 50-100 m, dan beberapa puncak yang runcing. Untuk menuju puncak tertinggi harus turun lagi ke arah kanan dan kemudian naik lagi. Di kaldera G. Sumbing banyak kawah kecil dimana asap belerang keluar, yang merupakan pemandangan yang menarik. Daru desa Butuh untuk menuju puncak memakan waktu 8 jam perjalanan sedangkan turunnya memakan waktu 5 jam. Air harus sudah dipersiapkan secukupnya di desa garung, untuk perjalanan menuju puncak dan kembalinya, karena dalam perjalanan tidak ada mata air lagi. SEMBER:Sumber :pendakierror.com
»»  READMORE...
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Jalur Pendakian Gunung Gede-pangrango-Bogor

Gunung Gede dan Gunung Pangrango terletak di Jawa Barat. Puncak-puncaknya terlihat dari Cibodas. G. Pangrango berbentuk segitiga runcing sedangkan G. Gede berbentuk kubah. Ada 3 jalur utama pendakian menuju G. Gede dan G. Pangrango; jalur Cibodas, jalur putri dan Jalur Salabintana. Jalur Cibodas Dari arah Jawa/Bandung naik Bis jurusan Jakarta atau Bogor yg lewat puncak Turun di pertigaan Cibodas, lalu naik angkot ke Cibodas. Pos Penjagaan – Telaga Biru = 20 menit Telaga Biru – Pos Panyancangan = 30 menit Pos Panyancangan – Air Panas / Pemandangan = 2 jam Air Panas – Kandang Batu = 20 menit Kandang Batu – Kandang Badak = 1 – 1,5 jam Dari kandang badak ada 2 puncak yg bisa dituju a. Kandang Badak – Puncak Gede = 1,5 – 2 jam b. Kandang Badak – Puncak Pangrango = 2 – 3 jam Puncak Gede – Alun-alun Suryakencana = 30 menit Alun-alun – Pos Penjagaan Putri = 3 – 4 jam (Turun lewat Jalur Putri) NB = Air sepanjang Jalur Cibodas sangat berlimpah. Terakhir dpt ditemui di Kandang Badak. Jalur Putri Dari arah Jawa/Bandung naik Bis jurusan Jakarta atau Bogor yg lewat puncak Turun di Pasar Cipanas, lalu naik angkot ke Putri. Pos Penjagaan – Buntut Lutung = 1 jam Buntut Lutung – Alun-alun Suryakencana = 3 – 4 jam. Alun-Alun Suryakencana – Puncak Gede = 1 – 1,5 jam NB = Air tidak sebanyak jalur Cibodas, hanya bisa ditemui dibawah, dan di Alun-alun Suryakencana. Catatan : Pendakian ke Taman Nasional Gunung Gede – Pangrango saat ini harus dengan sistem booking, dimana para pendaki harus mencatatkan dirinya minimal 3 hari sebelum pendakian di Kantor TNGP Cibodas (utk semua jalur). Dengan persyaratan membayar karcis masuk disertai fotocopy ktp asli yang masih berlaku. Pendakian dilakukan minimal 3 orang dalam satu group.


»»  READMORE...
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS